Monday, December 18, 2006

Potret (Keliru) Poligami

Potret (Keliru) Poligami
Oleh Sirikit Syah*
(Jawa Pos, Rabu 13 Desember 2006)

Sahabat saya dr Nalini Agung menelepon hanya untuk menyampaikan komentar kerasnya. "Ada tiga jokes of the year tahun ini, laki-laki semua. Aa Gym, Yahya Zaini, dan Ahmad Dani", katanya. Menurut perempuan cantik dan pintar itu, Yahya, yang tampil bisu di sisi istrinya di hadapan publik, " Adalah laki-laki bertubuh besar, bernyali ciut. Ada persoalan dengan istri, lari ke perempuan lain. Kini ada persoalan dengan perempuan lain berlindung kepada istrinya."

Tentang Aa Gym, Nalini tidak banyak komentar, selain, "Ternyata Aa Gym manusia biasa juga". Namun, Nalini tidak dapat menoleransi kepongahan suami bernama Ahmad Dani. "Suami macam itu, kalau saya jadi Maia, wis tak tinggal".

Di kalangan pemerintah, Presiden SBY tak berkomentar sepatah kalimat pun mengenai kasus YZ-ME, malah mempersoalkan regulasi perkawinan poligami seolah-olah itu ancaman nasional.

Di lapangan, berbagai kelompok masyarakat, antara lain mahasiswa Universitas Muhamadiyah Jogjakarta, berdemo menentang poligami. Ibu-ibu muslimat memboikot pengajian Aa Gym. Sangat mengherankan, tak ada masyarakat yang berdemo memprotes YZ, wakil rakyat yang melakukan skandal seks.

Dunia sudah terbolak-balik. Aa Gym yang menikah dengan uang sendiri dan mendapat ridha istri Edihujani kecaman lebih keras daripada pelaku perzinahan dan perselingkuhan dengan menggunakan uang rakyat/negara.

Potret Poligami
Seperti yang dikatakan Aa Gym, poligami sudah sangat dikelirukan maknanya. Yang melakukan misleading atas makna poligami itu termasuk di antaranya pemerintah, para pemimpin negara, tokoh masyarakat, aktivis perempuan, dan media massa. Poligami telah dipotret sebagai kejahatan dan kekerasan pada perempuan dan anak-anak.
Alih-alih mendengarkan penjelasan Aa Gym dan Teh Ninih, istrinya, masyarakat lebih suka mendengarkan sumber-sumber yang tidak layak bicara. Bagaimana kita percaya pandangan Farhat Abbas tentang poligami? Dia sendiri suami yang gemar mempermainkan perempuan dan membohongi istrinya.

Juga, mengapa mendengarkan Sandy Harun yang tak setuju poligami atau berbagi suami? Look who¢s talking. Dia adalah "the other woman", yang kemudian dinikahi. Dalam status sebagai istri Djodi, dia berhubungan dan punya anak dengan Tommy Soeharto. Dalam kata lin, Sandy adalah pelaku poliandri, sebuah tindakan melanggar hukum.

Kekecewaan masyarakat yang luar biasa kepada Aa Gym sebetulnya dipicu oleh pemujaan berlebihan pada sosok kiai muda itu. Ibu-ibu membanjiri pengajiannya dan rela antre berbulan-bulan hanya untuk bisa mengunjungi pesantrennya di Bandung. Aa dipandang sebagai dewa. Ketika Aa melakukan hal yang manusiawi (bersifat manusia), masyarakat terkejut dan patah hati. Kebanyakan orang kecewa karena Aa sering mendengung-dengungkan konsep keluarga sakinah. "Sakinah apaan, bohong besar", kata sementara orang.

Apakah keluarga sakinah tak dapat tercapai dengan tindakan Aa menikah lagi? Apakah keluarga sakinah tidak mungkin dialami keluarga poligami? Saya melihat keluarga poligami Aa Gym lebih sakinah daripada banyak keluarga nonpoligami.

Pembelokan (bila bukan pemelintiran) makna poligami Edari sebuah solusi menjadi tindakan kejahatan Eitu hanya skala kecil upaya pemerintah untuk menutupi amburadulnya pengelolaan negara belakangan ini.
Kekeliruan masyarakat terjadi ketika mereka selalu membenarkan persepsinya sendiri. Di antaranya, dengan kalimat " Mana ada perempuan mau dimadu". Kenyataannya, banyak perempuan bersedia dimadu. Lalu, " Ya, tapi mereka pasti tertekan dan menderita". Lagi-lagi, sebuah upaya pembenaran antipoligami.

Perempuan lain boleh pura-pura atau acting. Namun, kita tak dapat menuduh Teh Ninih hipokret, bukan? Dia dengan wajah bersinar menyatakan ikhlas dan ridha suaminya menikah lagi. Bahkan mimik, gesture, dan body languange Ninih dan Aa selama jumpa pers menunjukkan bahwa mereka masih saling (bahkan lebih) mencintai.

Saya percaya mereka telah mendapatkan hikmah. Masyarakat tak mau menerima kenyataan itu. Mereka menolak fakta kebenaran. Bukan Aa dan Ninih yang hipokret, melainkan kita sendiri.

Poligami bukan anjuran, apalagi kewajiban. Seperti kata Aa, " Jangan menggampangkan" . Aa tentu saja sah berpoligami karena dia bukan PNS, dia mampu, dan memiliki ilmu serta potensi untuk berbuat adil. Banyak laki-laki tak bertanggung jawab bersembunyi di balik UU perkawinan yang melarang poligami dan meneruskan tindakan bejatnya mempermainkan perempuan tanpa status perkawinan sah.

Poligami yang baik dilakukan dengan cara kesepakatan suami istri, kompromi, atau persuasi. Setiawan Djodi berhasil mempersuasi istrinya untuk menerima kehadiran Sandy Harun. Ray Sahetapy gagal karena Dewi Yull memilih bercerai.

Sebagai perempuan muslim, kita boleh stay on atau quit dalam perkawinan poligami. Alasan quit jelas:enggan berbagi. Alasan stay on : mencintai suami dan tak ingin kehilangan atau tak berdaya secara ekonomi dan sosial.

Kesalahan perjuangan para aktivis perempuan adalah le bih menghormati PSK dan perempuan simpanan yang independen daripada mereka yang mau jadi istri kedua. Para istri pertama yang ikhlas, yang seharusnya mendapat apresiasi dari kita, malah didudukkan sebagai korban yang perlu dikasihani.

Banyak gerakan perempuan yang didukung pemerintah meneriakkan yel-yel antipoligami. Sitoresmi yang menjadi istri keempat Debby Nasution dipecat dari LSM-nya di Jogjakarta karena dianggap "tidak berdaya"

Pada intinya, UU perkawinan yang membatasi perkawinan poligami hanya melindungi para istri pertama yang enggan berbagi hak dengan sesama perempuan (padahal diteriakkan dengan persamaan hak dengan laki-laki). Lebih buruk lagi, UU itu melindungi laki-laki hidung belang yang tak mau bertanggung jawab. Itu sama tak bertanggung jawabnya dengan laki-laki yang berpoligami, padahal tidak mampu, tidak adil, dan tak mendapat restu istri pertama.

*Sirikit Syah, ibu rumah tangga, aktif sebagai pengarang

1 comment:

ChimoeT said...

Perlu proses yang cukup panjang untuk menjalani keikhlasan berpoligami seperti juga kesanggupan seorang pria berpoligami dengan segala tanggung jawab dan keadilannya.
Nabi Muhammad and nabi Ibrahim saja kesulitan untuk bersikap adil sebagai seorang suami kepada istri2nya...ya kita manusia hanya berusaha, tapi jangan memaksakan diri di luar kesanggupan diri